top of page

Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam atau basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi oleh larutan yang molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan disertai penambahan indikator.

​

Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan
tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya pada titik akhir titrasi.


Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan basa atau penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir titrasi (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
 

Untuk menyatakan perubahan pH pada saat titrasi digunakan grafik yang disebut kurva titrasi. Kurva titrasi memudahkan kita dalam menentukan titik ekuivalen. Jenis asam dan basa yang
digunakan akan menentukan bentuk kurva titrasi. Berikut ini akan dibahas empat jenis kurva titrasi.

1.Kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat

Dari kurva di samping terlihat bahwa titik ekuivalen terjadi pada penambahan NaOH sebanyak 40 mL dan pH = 7

Indikator metil merah, bromotimol biru, serta fenolftalein dapat digunakan. 


Sebagai contoh, 40 mL larutan HCl 0,1 M dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M. 

Untuk menyatakan perubahan pH pada saat titrasi digunakan grafik yang disebut kurva titrasi. Kurva titrasi memudahkan kita dalam menentukan titik ekuivalen. Jenis asam dan basa yang
digunakan akan menentukan bentuk kurva titrasi. Berikut ini akan dibahas empat jenis kurva titrasi.

1.Kurva titrasi basa kuat oleh asam kuat

Dari kurva di samping terlihat bahwa titik ekuivalen terjadi pada penambahan HCl sebanyak 40 mL dan pH = 7

Indikator metil merah, bromotimol biru, serta fenolftalein dapat digunakan. 

Contoh titrasi ini adalah 40 mL larutan HCl 0,1 M dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M. 

1.Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat

Dari kurva di atas terlihat bahwa titik ekuivalen titrasi lebih besar 7. Hal ini disebabkan garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat basa (pH > 7).

 

Indikator yang bisa digunakan adalah bromotimol biru dan fenolftalein

Sebanyak 50 mL asam lemah CH3COOH 0,1 M dititrasi dengan larutan basa kuat NaOH 0,1 M.

1.Kurva titrasi basa lemah  oleh asam kuat

Dari kurva tersebut, terlihat bahwa titik ekuivalen terjadi pada pH lebih kecil 7. Hal ini disebabkan garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat asam (pH < 7).


Indikator titrasi adalah metil merah dan bromotimol biru.

Contoh titrasi ini adalah 50 mL NH3 0,1 M dititrasi dengan HCl 0,1 M

Berikut langkah-langkah melakukan titrasi asam basa.


Siapkan larutan yang akan ditentukan molaritasnya. Pipet larutan tersebut ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volume.

 

Pilih indikator berdasarkan trayek pH dan perubahan warna indikator untuk memudahkan pengamatan. Tambahkan beberapa tetes pada larutan.
 

Tambahkan zat penitrasi setetes demi setetes dengan selalu menggoyangkan erlenmeyer agar terjadi reaksi sempurna.
 

Sesekali, pinggiran erlenmeyer dibilas agar zat yang bereaksi tidak menempel di dinding erlenmeyer.
 

Ketika mendekati titik ekuivalen, penambahan zat penitrasi dilakukan dengan sangat hati-hati. Buka kran buret, peniter yang keluar jangan sampai menetes, tetapi ditempelkan pada dinding erlenmeyer kemudian bilas dan goyangkan. Ada baiknya titrasi dilakukan sebanyak dua atau tiga kali (duplo atau triplo). Apa zat penitrasi itu? Zat penitrasi adalah zat yang ditambahkan ketika kita melakukan titrasi.
 

Hitung molaritas larutan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

bottom of page